Add caption |
Persoalan antrian kerapkali menjadi hal
yang sering dikeluhkan pengguna layanan. Lamanya waktu tunggu, bagi seorang
pasien menjadi kegelisahan tambahan. Itu salah satu yang muncul dalam survey
keluhan Puskesmas Bubakan, Kabupaten Pacitan, sebagaimana yang disampaikan
Riyan, SKM, salah seorang petugas Puskesmas Bubakan Pacitan, di acara Lokakarya
Keberlanjutan Inovasi Peningkatan Pelayanan Publik Program KINERJA di Provinsi
Jawa Timur, kemarin, Selasa (30/6) di JW Marriot Hotel Surabaya.
Forum Pacitan : Stan Kesehatan yang diisi dengan pameran kegiatan
dan hasil capaian bidang kesehatan selama Program KINERJA – USAID berlangsung
sejak 2011 hingga berakhir saat ini, diisi oleh Organisasi Mitra Pelaksana LPA
Tulungagung, YAPIKMA, dan dari Puskesmas Bubakan Pacitan. Salah satu inovasi
baru yang banyak menarik peserta adalah capaian Puskesmas Bubakan, dengan
“Ngantri Pintar”.
Apa sebenarnya Kartu Antri Pintar itu sendiri?
Riyan menjelaskan sebenarnya Kartu Antri Pintar
merupakan respon dari keluhan masyarakat terhadap antrian menunggu layanan yang
terasa lama. Biasanya, pasien akan mengambil kartu nomor antri, dan kemudian
berdiam diri selama waktu tertentu menunggu panggilan menerima layanan.
“Bagaimana caranya mereka tidak merasa lama menunggu. Bagaimana menunggu itu
bagi mereka juga bermanfaat,” Riyan memberikan kunci terhadap keluaran baru
yang menjadi inovasi dan solusi keluhan pasien.
“Coba sekarang ibu ambil nomor antrian yang kami
sediakan,” katanya kepada kami. Namun pasti peserta tidak melihat adanya kartu
antrian sebagaimana lazimnya, kertas atau karton yang hanya berukuran tak lebih
dari 8 x 8 cm. Yang tersedia adalah brosur-brosur saja. Ternyata setiap brosur
yang tersedia tercantum nomor yang berbeda-beda, berurutan. Inilah yang disebut
Kartu Antri Pintar.
“Misalnya pasien mengambil nomor 5, berarti
brosur yang ada angka 5. Sambil menunggu panggilan, pasien bisa membaca
informasi kesehatan dalam brosur itu. Seperti yang kita baca di sini, kartu
antrian nomor 5 memuat informasi tentang penyakit osteoporosis. Dan setiap
nomor itu berisi satu jenis informasi kesehatan yang kita tuliskan dengan
bahasa sederhana dan dilengkapi gambar-gambar untuk memudahkan pemahaman,”
tutur Riyan. Dengan demikian, pasien tidak diam selama menunggu, dikondisikan
untuk suka membaca informasi, dan menerima manfaat dari informasi kesehatan
itu.
Inovasi ini sangat sederhana. Setiap Kartu Antri
Pintar, yang lebih mirip brosur ini, cukup dicetak dengan printer pada
kertas HVS A4. Kartu ini harus dikembalikan pasien saat dipanggil untuk menjalani
pemeriksaan kesehatan. Namun jika pasien ingin membawa pulang informasi
kesehatan tersebut, Puskesmas juga menyediakan brosur-brosur yang bisa dibawa
pulang, yaitu yang tanpa tertulis nomor antrian.
“Saya ingin meniru kartu antriannya Pacitan tadi.
Itu yang paling nyata dan mudah untuk direalisasikan sepulang dari sini,” papar
dokter Dwi Heru Wiyono, Kepala Puskesmas Kalidawir, Tulungagung. “Modalnya
hanya kertas dan printer biasa,” tambahnya.
“Benar, kartu antrian itu paling mungkin untuk
kita terapkan. Biayanya juga tidak besar,” timpal Suhartatik, Kasi KIA Dinas
Kesehatan Kabupaten Tulungagung. Jika setiap Puskesmas menyediakan 100 nomor
antrian, berarti ada 100 informasi kesehatan yang disediakan. Informasi
kesehatan itu bisa meliputi kesehatan ibu dan anak, penyakit menular, HIV-AIDS,
gizi, dan kesehatan lingkungan. Saat ditanya apakah memungkinkan Kartu Antri
Pintar disediakan Dinas Kesehatan, Suhartatik menyampaikan kemungkinan itu ada.
Misal, disediakan untuk 100 nomor antrian untuk masing-masing Puskesmas yang
ada di Tulungagung. Secara tidak langsung dapat digunakan sebagai kegiatan
promosi kesehatan (promkes).
Riyan menambahkan, inovasi sederhana ini sangat
tepat sebagai solusi persoalan antrian. Terobosan ini dapat diterapkan di semua
unit layanan publik yang menuntut penerima layanan untuk antri untuk
mendapatkan layanan, misalnya di catatan sipil, rumah sakit, bank, kantor pos,
dan lain sebagainya.
Selain Antri Pintar, inovasi lainnya dari
Puskesmas Bubakan adalah “hamil pintar”. “Bukan pintar hamil, lo bu,” kata
Tiya, tim Kesehatan dari Pacitan. Untuk keberlanjutan program kesehatan yang
sudah menunjukkan perubahan layanan yang lebih baik ini, Indartato, Bupati
Pacitan yang hadir dalam acara ini, menyampaikan untuk rencana keberlanjutan
dengan melakukan koordinasi dengan DPRD untuk replikasi di Puskesmas lainnya.
Indartato saat talkshow juga mengingatkan agar pengaduan dan tindakan
mengingatkan tidak ditanggapi dengan sakit hati.
sip
ReplyDeleteBerita Terhangat
ReplyDeleteBerita Unik Dan Lucu
Berita Bola Terkini
Gaya Hidup Sehat