Forum
Pacitan Sehat
- Menindak lanjuti seruan KLB Difteri dari Guberbur Jawa Timur, Dinas Kesehatan
Pacitan langsung bergerak cepat. Yakni, melakukan koordinasi dan persiapan
imunisasi BLF (Back Log Faighting) dan ORI (Outbreak Respon imunization). Apalagi,
diKabupaten Pacitan sendiri ditemukan suspect penderita difteri. Padahal
sebelumnya tidak pernah ada. Dari hasil penilitian yang dilakukan akhir Oktober
lalu, 4 pasien anak terduga difteri . Mereka berasal dari dua wilayah, yakni, didesa
Gondosari kecamatan Punung dan Pakisbaru kecamatan Nawangan.
Menurut
Kepala Dinas Kesehatan Pacitan Hendra Purwaka, kasus ini diketahui setelah
pasien sebelumnya menjalani perawatan di puskesmas. Karena dicurigai ada gejala
mirim difteri selanjutnya dirujuk ke rumah sakit (RSD). Meski bukan patologis
klinis namun berpotensi menular sehingga sangat berbahaya. Sampai saat ini
keempat terduga difteri beserta seluruh kontak yang dekat dengan pasien masuk
dalam pengawasan khusus untuk menjalani pengobatan.Ini karena penyakit tersebut
sangat mudah menular baik melalui udara maupun percikan air liur penderita.
Khusus untuk penanganan jangka pendek jelas Hendra, pihaknya akan terus melakukan pemantauan dan penelitian termasuk upaya sosialisasi. Sedangkan bagi dua wilayah yang ditemukan suspect akan dilakukan imunisasi masal untuk memutus mata rantai penularan. Pemberian vaksinasi ini juga diberikan kepada masyarakat yang belum mendapatkan imunisasi lengkap. Yakni 3 kali imunisasi saat bayi, yang dilanjutkan dengan 2 kali imunisasi lagi saat balita berumur 3 tahun. Bagi anak atau orang dewasa yang sudah imunisasi lengkap, kecil kemungkinan terjangkit atau tertular difteri.
Khusus untuk penanganan jangka pendek jelas Hendra, pihaknya akan terus melakukan pemantauan dan penelitian termasuk upaya sosialisasi. Sedangkan bagi dua wilayah yang ditemukan suspect akan dilakukan imunisasi masal untuk memutus mata rantai penularan. Pemberian vaksinasi ini juga diberikan kepada masyarakat yang belum mendapatkan imunisasi lengkap. Yakni 3 kali imunisasi saat bayi, yang dilanjutkan dengan 2 kali imunisasi lagi saat balita berumur 3 tahun. Bagi anak atau orang dewasa yang sudah imunisasi lengkap, kecil kemungkinan terjangkit atau tertular difteri.
Difteri sendiri tandas Hendra Purwaka, awalnya hanya seperti gejala batuk pilek panas biasa. Yang membedakan, jika menyerang daerah tenggorokan secara fisik dapat dilihat dari pembengkaan membran pita suara. Hanya saja, difteri bisa menjangkit anggota tubuh lain. Seperti bibir, pusar, paha bahkan pada alat vital. Di Jawa Timur Sendiri dari data terakhir diketahui sebanyak 407 kasus positif difteri. 12 diantaranya meninggal dunia.
Untuk penanganan difteri ada tiga langkah. Yakni, penguatan imunisasi rutin
pada anak usia kurang dari 12 bulan, Penyulaman DPTHb untuk anak usia 12 hingga
36 bulan pada semua puskesmas serta pemberian ORI ( Out break Respon
Imunization )pada daerah kasus untuk anak usia 3 sampai 15 tahun. (aan)
No comments:
Post a Comment