Thursday, April 7, 2011

Anak 8 tahun asal Pacitan Siap Bela Merah Putih di Kejuaraan Catur Tingkat Dunia


PACITAN, Terobati sudah kegundahan pecatur cilik Pacitan untuk berlaga di pentas dunia mewakili Indonesia. Setelah gagal dikirim untuk mengikuti kejuaraan dunia catur di Polandia Maret lalu karena terlambat mendaftar, Pecatur cilik asal Pacitan, Catur Adi Sagita (8), akhirnya resmi dijadwalkan berangkat mengikuti event catur dunia di Subic, Philipina, 10 – 20 Mei.

Sepintas tidak ada yang istimewa pada diri anak pasangan Supriyadi dan Suprapti, yang lahir pada tanggal 21 Desember 2001. Catur Adi Sagita, terlihat sama dengan anak-anak seusianya. Tetapi, jangan tanya saat ia sudah duduk di depan papan catur.

Meski terlahir dari keluarga yang kurang mampu, Catur mampu meraih prestasi tinggi di bidang olahraga otak ini. Tak hanya tingkat lokal atau nasional, namun sudah mendunia. Siswa SD Negeri Pacitan  kelas III ini menjadi salah satu wakil Indonesia dalam Kejuaraan Dunia Catur yang akan digelar di Subic, Philipina.

Bersama pecatur yunior asal Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, Ananda Astri Harsono (kategori putri), Catur digadang-gadang mampu mengharumkan nama bangsa di bdang olahraga catur. Catur dan Ananda akan berlaga dalam kategori yunior putra dan putri di bawah usia sepuluh tahun.

Event di Pilipina ini, bagi Catur merupakan tantangan yang tertunda. Pasalnya, pada bulan Maret lalu keinginannya untuk menjajal pecatur-pecatur dunia di kelasnya di Polandia tak kesampean lantaran keterlambatan mendaftar.
Keluarga Catur dikenal berbakat dalam bermain olahraga yang memerlukan konsentrasi tingkat tinggi itu. Kakek dan ketiga kakaknya juga hobi catur dan jadi andalan Pacitan dalam kompetisi tingkat provinsi hingga nasional.  Berbeda dengan ketiga kakaknya, kecerdasan Catur memainkan buah catur mengantarkannya dalam Kejuaraan Nasional (Kejurnas), bahkan Kejuaraan Dunia.

Terakhir kali, Catur merebut medali emas dalam Kejurnas Catur di Manado, 8-16 Oktober 2010, untuk kategori pecatur yunior kategori G putra (usia di bawah sembilan tahun) dan berhak mewakili Indonesia di tingkat dunia. Perjalanan hidup pecatur cilik ini unik dan mengharukan. Secara kebetulan namanya adalah Catur dan jago bermain olahraga yang mengandalkan otak bernama catur.

Ibunda Catur, Suprapti, hanya bekerja sebagai buruh tani di Desa Purwoasri, Kecamatan Kebonagung. Sementara ayahnya, mengadu nasib jadi tenaga kerja Indonesia (TKI) di Malaysia. Catur sempat mengenyam pendidikan kelas I dan II di Sekolah Dasar (SD) Negeri Purwoasri. Karena iba melihat kemampuan ekonomi keluarga, seorang guru SD Negeri Pacitan, Asrap, akhirnya mengasuhnya. Menjelang naik kelas III, Asrap, mengasuhnya dan akhirnya Catur pindah ke SD Negeri Pacitan sampai sekarang dan duduk di kelas III.
 “Potensi anak itu sangat besar. Sangat disayangkan jika tidak sampai melanjutkan sekolah karena alasan ekonomi,” kata Asrap orang tua asuh yang juga guru Pendidikan Jasmani SD Negeri Pacitan.

Rumah keluarganya terkena proyek pembangunan Jalur Lintas Selatan (JLS). Kini keluarga Catur terpaksa menumpang di rumah tetangga. Prestasi sekolah Catur juga cukup baik. Padahal, ia harus membagi waktu antara sekolah dan latihan, sebelum turun di kejuaraan dunia, ia semakin giat berlatih.

“Dalam seminggu berlatih lima kali. Latihannya setiap hari Selasa, Rabu, Kamis, Sabtu, dan Minggu. Kalau Selasa dan Kamis latihannya sore sedangkan jika Sabtu dan Minggu latihan mulai siang sampai sore,” tutur Catur, saat berlatih di SDN Pacitan didampingi pelatihnya, Resi Aji.
Sementara, sang pelatih, Resi Aji mengatakan bakatnya bermain catur memang luar biasa. Baru pertama kali ini pecatur Pacitan bisa tembus di Kejuaraan Dunia. Dan, dilakukan oleh anak berusia delapan tahun. Saat Pra Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) beberapa waktu lalu, Catur bahkan mengalahkan pecatur daerah lain yang usianya jauh diatasnya. Akibat prestasinya itu, Catur dilirik untuk bergabung dengan daerah lain dengan iming-iming uang pembinaan yang lumayan besar.

“Setiap latihan ada sekitar 20 anak dengan rentang usia antara 8 hingga 14 tahun. Selain itu masih ada lagi sekitar 16 anak yang masih duduk dikelas 1 sampai 2 SD. Merekalah generasi penerus yang bisa mengharumkan nama Pacitan dalam olahraga catur,” ujar Resi Aji.

Hal senada diungkapkan Ketua Percasi Kabupaten Pacitan, Katiran Mangunsukarto. Menurutnya, dengan sering mengirim atlet catur di berbagai kejuaraan, para pecatur cilik itu akan memiliki mental yang tangguh. Pembinaan yang dilakukan Percasi Pacitan tidak lah instan. Selain Catur Adi Sagita, masih banyak bibit unggul lainnya. Antara lain Royan Rukai, Syamsu Anakin dan Astiti Fatikah yang masuk ketegori kelompok umur 14.

“Meski berlatihnya masih menumpang di gedung SDN Pacitan, prestasi atlet Pacitan patut menjadi kebanggaan. Anak-anak itu banyak memenangi berbagai kejuaraan, baik level daerah maupun nasional,” kata Katiran.

Terpisah, Ketua KONI Kabupaten Pacitan Sugi Haryono mengatakan catur merupakan salah satu cabang olahraga yang sudah mengharumkan nama Pacitan di level daerah maupun nasional. Meski dengan anggaran yang jauh lebih sedikit dibanding daerah lain, para atlet catur Pacitan mampu mengalahkan atlet asal kota-kota besar yang notabene disokong oleh anggaran yang besar.

Selain itu Anang Sukanto dari Forum Pacitan Sehat mengharap dengan sangat kepada pemerintah Daerah atau Pusat agar supaya memberikan ruang tersendiri untuk  pembinaan anak bangsa khususnya di Kabupaten Pacitan umumnya di daerah lain, terutama anggaran biayanya. (An/Frend)

No comments:

Post a Comment

ads

SELAMAT DATANG DI WEBSITE RESMI FORUM PACITAN SEHAT